Asal Mula Sejarah Pacu Jawi

Pacu berarti lomba kecepatan dan Jawi maksudnya Sapi atau Lembu. Di Sumatera Barat sapi biasa disebut dengan Jawi. Kegiatan Pacu Jawi merupakan acara permainan tradisional anak nagari (desa) yang lahir dan berkembang di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini hanya ada di Kabupaten Tanah Datar dan sedikit di Kabupaten 50 Kota. Di Kabupaten Tanah Datar-pun hanya pada empat kecamatan, yaitu Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Sungai Tarab. 
 
Kegiatan pacu jawi telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan menjadi sarana hiburan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat setempat. Pada kegiatan ini juga dipadukan dengan tradisi masyarakat berupa arak-arakan (pawai) pembawa dulang/jamba yang berisi makanan dan arak-arakan jawi-jawi terbaik yag didandani dengan asesories berupa suntiang serta pakaian. Biasanya acara tradisi ini diselenggarakan pada minggu ke-IV atau pada waktu penutupan pacu jawi dan menjadi perhelatan yang besar di daerah itu. Pada waktu itu juga diadakan prosesi adat oleh para tetua adat serta berbagai permainan seni budaya tradisional.
Di arena pacu jawi juga bertumbuhan warung nasi yang menjual kopi daun, para pedagang kaki lima serta arena permainan anak-anak sehingga lokasi itu terlihat seperti pasar. Pada waktu itulah masyarakat bergembira ria menyaksikan jawi-jawi kesayangan mereka berpacu, dan setelah itu mereka makan di warung-warung dengan makanan spesifik gulai kambing dan kopi daun. 

Pelaksanaan alek pacu jawi di Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan secara bergiliran pada empat kecamatan. Satu kali putaran lomba biasanya empat minggu, ada yang setiap hari Rabu dan ada pula pada setiap hari Sabtu. Acara dilakukan di sawah milik masyarakat setelah selesai masa panen dan tempatnya tidak tetap pada satu lokasi saja. Bila kegiatan diadakan pada satu kecamatan maka peserta dari kecamatan lain akan berdatangan. Dalam satu masa perlombaan, jumlah jawi yang berpacu mencapai 500 hingga 800 ekor.
Pacu jawi diikuti oleh jawi secara berpasangan yang dikendalikan oleh seorang anak joki yang berpegangan pada tangkai bajak. Anak joki dengan tidak memakai alas kaki ikut berlari bersama jawinya di dalam sawah yang penuh lumpur dan air. Acaranya berlansung mulai pukul sepuluh pagi hingga pukul lima sore. Pada waktu perlombaan berlansung kadangkala juga terjadi transaksi jual beli jawi oleh para pedagang dan pemilik jawi. Biasanya jawi yang telah sering memenangkan lomba akan naik harganya hingga dua kali lipat. Jawi pemenang itu akan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya dan diincar oleh banyak orang. Itupun menjadi lambang prestise. 

Banyak orang yang belum tahu bagaimana cara penilaian jawi terbaik yang menjadi pemenangnya. Teknis penilaian inipun penuh filosofi dan nilai-nilai yang baik. Adapun jawi terbaik adalah jawi yang dapat berjalan lurus tidak miring dan tidak melenceng ke mana-mana. Dan akan lebih baik lagi apabila jawi tersebut dapat menuntun temannya berjalan lurus. Berarti jawi itu sehat dan tubuhnya kokoh kuat. Biasanya dalam satu perlombaan akan terlihat jawi yang berjalan lurus dan yang tidak, bahkan ada yang sampai masuk ke sawah lain. Jadi yang dinilai bukan hanya kencang larinya dan bukan bentuk struktur tubuhnya saja. Filosofinya jawi saja harus berjalan lurus apalagi manusia. Dan manusia yang bisa berjalan lurus tentu akan tinggi nilainya, itulah pemenangnya.
Beberapa manfaat dari pelaksanaan pacu jawi adalah :
  1. Sebagai wadah untuk meningkatkan harga jual jawi sehingga dapat meningkatkan perekonomian peternak. Kemunian juga sebagai media untuk meningkatkan kesehatan jawi karena jawinya akan sehat setelah berpacu,
  2. Pada acara pacu jawi banyak bermuncullan para pedagang sehingga meningkatkan perputaran roda ekonomi yang dapat pula meningkatkan perekonomian masyarakat,
  3. Acara pacu jawi menjadi sarana sosialisasi dan hiburan bagi masyarakat yang selalu ditunggu-tunggu,
  4. Sebagai alek tradisi masyarakat dimana akan terjadi prosesi adat sebagai aktualisasi nilai-nilai adat di tengah-tengah masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar secara konsisten membina dan mempertahankan kegiatan pacu jawi ini sesuai tradisi dan kebiasaan masyarakat. Pemerintah lebih banyak memfasilitasi ataupun membantu mengemas acara ini menjadi lebih baik sehingga bisa dipromosikan dan dijual kepada para wisatawan nusantara dan mancanegara. Sebagai organisasi pengelolanya pada masyarakat sudah ada PORWI (Persatuan Olah Raga Pacu Jawi) yang ada pada tingkat kabupaten, kecamatan hingga nagari (desa). PORWI inilah yang mengkoordinir jadwal pelaksanaan secara bergiliran.

Kabupaten Tanah Datar dengan ibukotanya Batusangkar adalah salah satu dari 19 kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Barat. Kabupaten Tanah Datar disebut juga dengan Luhak Nan Tuo atau daerah tertua karena dari sinilah asal usul etnis dan budaya Minangkabau, yaitu tepatnya dari Nagari Tuo Pariangan. Sedangkan Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya karena di kota ini sangat banyak peninggalan budaya Minangkabau. Batusangkar juga dikenal sebagai pusat Kerajaan Pagaruyung dengan terdapatnya Istano Basa Pagaruyung dengan berbagai macam peninggalan bersejarah. Di Tanah Datar terdapat Istano Silinduang Bulan, rumah tuo Balimbiang, kuburan panjang, balairung sari Tabek, batu angkek-angkek, batu batikam, batu basurek, lukah gilo, debus dan lain sebagainya. Jadi daerah ini dapat disebut sebagai “Old Country” .

Batusangkar terletak sekitar 100 Km dari Kota Padang ibukota Sumatera Barat dan 75 Km dari Bandara Internasional Minangkabau. Batusangkar terletak di tengah-tengah Propinsi Sumatera Barat, terletak 40 Km dari Bukittinggi, 30 Km dari Padang Panjang, 50 Km dari Solok, 40 Km dari Payakumbuh, 40 Km dari Sawahlunto dan 40 Km dari Sijunjung. Pemndangan alamnya sangat indah, terdapat dua buah gunung, yaitu gunung Singgalang dan Merapi. Juga mempunyai sebuah danau, yakni Danau Singkarak. Di Tanah Datar terdapat sebuah hotel berbintang satu dan beberapa buah hotel melati.

Batusangkar, 22 Juli 2009
Drs. Alfian Jamrah, MSi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Tanah Datar – Sumatera Barat.
Share this article :